Kamis, 03 Oktober 2019

MENCEGAH PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) SEBUAH INVESTASI MAHAL


MENCEGAH PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) SEBUAH INVESTASI MAHAL



Siapa yang tidak kenal dengan Penyakit jantung koroner, salah satu penyakit yang dapat mematikan dan menyerang siapapun semua kelompok usia tanpa terkecuali. Bahkan belakangan ini trend kecenderungan penderita penyakit jantung koroner banyak terjadi pada usia produktif . Data riskesdas tahun 2013 menunjukkan, angka tertinggi untuk penyakit Kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar 1,5%. Dari angka tersebut, angka tertinggi ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%) dan terendah di Provinsi Riau (0,3%). Menurut kelompok umur, PJK paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74 tahun (3,6%) diikuti kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55-64 tahun (2,1%) dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3%). Sedangkan menurut status ekonomi, terbanyak pada tingkat ekonomi bawah (2,1%) dan menengah bawah (1,6%). Sedangkan data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4 kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang.
Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler 7,4 juta (42,3%) di antaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke (sumber:http://www.depkes.go.id/article/view/17073100005/penyakit-jantung-penyebab-kematian-tertinggi-kemenkes-ingatkan-cerdik-.html).
Berdasarkan data yang saya ambil dari RS. Jantung Harapan Kita khususnya pasien yang melakukan tindakan di program Weekend Service (WES) periode 2017-2018 menunjukan bahwa dari total jumlah pasien pada tahun 2017 sebanyak 488 pasien dan terbesarnya sebanyak 218 pasien merupakan indikasi dari PJK yang terlihat dari jenis tindakanya yaitu kateterisasi dan pemasangan ring (STENT) serta tidakan operasi coronary artery bypass grafting (CABG), sedangkan sisanya dari jumlah pasien dilakukan tindakan lain. Kemuian untuk tahun 2018 total jumlah pasien sebanyak 499 dan terbesarnya sebanyak 201 juga merupakan tindakan dengan indikasi sama seperti pada tahun 2017. Berdasarkan kedua data di atas baik data dari eksternal maupun dari internal RS. Jantung Harapan Kita dapat saya simpulkan bahwa PJK merupakan salah satu kasus terbesar pada penyakit jantung yang lainnya dan merupakan penyakit yang dapat menyerang dan mematikan bagi siapa saja.
Lalu bagainana hubungannya penyakit jantung koroner (PJK) dengan judul diatas?. Saya coba ambil salah satu contoh kasus, pada pertengahan bulan Mei 2019 datang ke saya di Weekend Service (WES), pasien atas nama Tn. N ( saya sebut inisial saja), usia 38 tahun jenis kelamin pria dan berdomisili di Bali serta berprofesi pengusaha di bidang kuliner. Pasien sebelumnya sudah dilakukan kateterisasi jantung di rumah sakit swasta ternama di Bali, dari hasil kateterisasinya terdapat 5 penyempitan pembuluh darah dan disarankan untuk melakukan opersai bypass atau pemasangan 5 ring dengan resiko biaya yang sangat besar bahkan bisa melebihi biaya tindakan operasi CABG. Setelah diskusi tentang biaya dan prosedur tindakan selesai, yang muncul di pikiran saya adalah bagaimana bisa usia 38 tahun, berat badan ideal, olah raga rutin, tapi ko bisa terkena PJK dan saran dokter harus operasi atau pasang ring tapi high cost, tentu ini berkaitan dengan pola makan yang tidak dijaga, secara pasien adalah pengusaha dibidang kuliner. Coba kita bayangkan jika pasien ini bukan dari latar belakang ekonomi yang mampu, sehingga untuk pembiayaan tindakan menggunakan BPJS, dimana untuk pemasangan 5 ring pasti tidak akan dijaminkan dan harus operasi CABG sedangkan pasien takut untuk operasi karena mendengar faktor resiko operasi sangat besar. Setelah disepakati hari, tanggal dan waktu tindakan dengan dokter pasien tersebut pun selesai tindakan dan diperbolehkan pulang setelah 2 hari rawat inap. Kemudian pertanyaanya adalah berapa total billing paien tersebut?, benar saja estimasi biaya yang sudah dijelaskan sebelumnya tidak melenceng jauh, luar biasa biaya keseluruhan habis sebesar 180 juta rupiah. Bukan nilai sedikit bagi saya atau mungkin sebagian orang yang tidak memiliki kemampuan keuangan tentunya. Nah dari contoh kasus inilah saya menjadikan judul diatas untuk dituliskan ke dalam artikel ini.
Apa sebenarnya penyakit jantung koroner (PJK) dan bagaimana pencegahan agar kita terhindar dari penyakit tersebut. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu keadaan dimana penyumbatan pada pembuluh darah koroner yang berperan memberi makan otot jantung tidak mampu menyuplai darah dengan baik karena terjadinya penumpukkan endapan lemak dan kolesterol, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri dan terjadi dalam waktu yang lama, proses penumpukan itu disebut atherosklerosis, (sumber: Prof. Dr. Soekijo Notoatmodjo, ilmu kesehatan masyarakat 306, 2014). Kurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner mengakibatkan nyeri dada yang disebut dengan angina, yang biasanya terjadi saat beraktivitas fisik atau mengalami stress. Bila darah tidak mengalir sama sekali karena arteri koroner tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung yang mematikan. Serangan jantung tersebut dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika anda sedang beristirahat. Selain itu Penyakit jantung koroner juga dapat menyebabkan daya pompa jantung melemah sehingga darah tidak beredar sempurna ke seluruh tubuh (gagal jantung). Penderita gagal jantung akan sulit bernafas karena paru-parunya dipenuhi cairan, merasa sangat lelah dan bengkak-bengkak di kaki dan persendian. Banyak faktor yang menyebabkan PJK terjadi salah satu faktornya adalah pola hidup tidak sehat, seperti makan-makanan berlemak, merokok, kurang gerak dan lain-lain. Adapun cara mengurangi resiko itu adalah dengan cara mengurangi konsumsi daging berlemak jenuh tinggi. Memperbanyak makan buah, sayuran dan biji-bijian yang mengandung antioksidan tinggi (Vitamin A, C dan E), yang merupakan anti oksidan mencegah lemak jenuh berubah menjadi kolesterol.
Secara garis besar penyakit jantung koroner dapat di cegah dengan beberapa cara, semua ini kembali kepada setiap individu masing-masing.semakin banyak faktor risiko yang kita miliki, berarti semakin besar pula kemungkinan kita menderita penyakit jantung koroner. Oleh karena itu, segeralah lakukan tindakan berikut demi menyelamatkan jantung anda. Beberapa tips dari para ahli tentang pencegahan PJK pada umumnya hampir semua sama tinggal tergantung kepada mau tidaknya kita mencegah PJK tersebut. Berikut salah satu tips pencegahan PJK yang saya ambil dari (sumber: Prof. Dr. Soekijo Notoatmodjo, ilmu kesehatan masyarakat 308, 2014) adalah
- Menerapkan pola makan yang sehat.
Kurangi menyantap makanan yang digoreng yang banyak mengandung lemak jenuh tinggi. Jangan tertalu banyak mengkonsumsi karbohirat, karena dalam tubuh, karbohidrat akan dipecah menjadi lemak. Perbanyak makan buah, sayuran dan biji-bijian yang mengandung antioksidan tinggi, antioksidan mencegah lemak jenuh berubah menjadi kolesterol.
- Menjaga berat badan ideal.
Seseorang dengan obesitas tengah yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm, berisiko lebih besar terkena penyakit jantung koroner. Kelebihan berat badan juga dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol darah tinggi.
- Berhenti merokok.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Perlu diketahui bahwa risiko kematian berkurang dengan 50 % pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan.
- Hindari stres.
Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku, hormon norepinephrine juga akan diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah.
- Olahraga secara teratur.
Olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat, atau jogging secara teratur selama 30 menit setiap hari, 3-4 kali seminggu dapat memperkuat jantung, melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh, membakar lemak dan menjaga kesimbangan HDL dan LDL.
Sayangilah jantung anda mulai dari sekarang,kesehatan jantung ada di tangan anda mencegah lebih baik dari pada mengobati “


Mastari SM
WEEKEND SERVICE

Poli Esekutif Dr. Sukaman

Untuk informasi lebih lanjut tentang biaya dan prosedur tindakan Weekend Service, hubungi 
021-5684085 ext 4201
Mobile 081908637903

MENGENAL GANGGUAN IRAMA JANTUNG (ARITMIA) SERTA BAGAIMANA PENCEGAHAN DAN PENANGANANNYA


MENGENAL GANGGUAN IRAMA JANTUNG (ARITMIA) SERTA BAGAIMANA PENCEGAHAN DAN PENANGANANNYA



Mendengar kata ARITMIA mungkin bagi sebagian besar karyawan di RS.Jantung Harapan Kita sepertinya sudah terbiasa mendengar kata itu, baik dari tenaga medis sampai tenaga non medis yang berhubungan langsung dengan pasien, namun tidak demikian bagi masyarakat umum diluar lingkungan RS. Jantung Harapan Kita, yang merupakan rumah sakit pusat jantung nasional tentu akan balik bertanya jika mereka ditanya tentang apa anda mengetahui tentang aritmia jantung?. Inilah yang menarik keinginan saya untuk menulis artikel tentang penyakit jantung aritmia, akan tetapi karena pendidikan saya bukan dari latar belakang medis tentunya saya tidak akan mengupas secara mendalam tentang penyakit jantung aritmia tersebut.
Ada beberapa alasan yang membuat saya tertarik menulis artikel tentang penyakit jantung aritmia ini diantaranya adalah penyakit jantung aritmia belum sepopuler dengan penyakit jantung lainya yang sering kita dengar seperti Penyakit jantung koroner (PJK), Penyakit jantung bawaan, penyakit jantung pada katup. Akan tetapi melihat jumlah penderita aritmia bedasarkan data yang diambil dari beberapa sumber di Indonesia, pada tahun 2011 terdapat 2,1 juta kasus aritmia. Jumlahnya pun diprediksi meningkat seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat serta para tim medis mengenai penyakit ini, selain itu jumlah dokter ahli aritmia juga masih sangat terbatas menurut Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi. SpJP, yang merupakan salah satu dokter ahli aritmia di Indonesia pada sebuah wawancara dengan media dalam sebuah seminar ilmiah di Jakarta (11/08/2017), mengatakan bahwa dokter ahli aritmia di Indonesia hanya baru 26 dokter. Ini tentu tidak sebanding dengan jumlah penderita aritmia tersebut. Hal ini tentu menarik untuk didiskusikan, apa sebenarnya penyakit jantung ganguan aritmia tersebut?. Selain dua argument alasan diatas hal menarik untuk di tuangkan kedalam artikel ini adalah pengalaman saya diskusi dan menganalisa serta mendata terhadap pasien aritmia yang melakukan ataupun baru konsultasi terkait biaya untuk tindakan penanganan kasus aritmia terutma tindakan pada program Weekend Service di RS. Jantung Harapan Kita, datanya cukup banyak berdasarkan data jumlah pasien yang melakukan tindakan berkaitan dengan penanganan aritmia seperti Ablasi, Permanent Pacemaker (PPM), Epstudy pada tahun 2017 sebesar (Ablasi 53 pasien, PPM 25 pasien dan Epstudy 2 pasien), sedangkan pada tahun 2018 sebesar (Ablasi 55 pasien, PPM 31 pasien, Epstudy 3 pasien). dari data pasien tindakan ablasi diagnosa terbanyak adalah WPW SYNDROME, SVT, PVC, VT, RVOT, Persisten AF , sedangkan untuk tindakan PPM diangosa terbanyak adalah TAVB, SND, sedangkan untuk tindakan Epstudy diangnosa terbanyak adalah BRUGADA SYNDROME. Berdasarkan data dari pasien tindakan di program Weekend Service, untuk data jenis kelamin dan usia berdasarkan data pasien WES 2017-2018, kecenderungan lebih banyak pria dan usia 40-50 tahun untuk kasus diagnosa WPW, SVT, PVC, VT, sedangkan diagnosa Persisten AF lebih banyak pria dengan usia 60 tahun ke atas. Sedangkan untuk diagnosa TAVB dan SND lebih banyak pria usia 60-80 tahun(sumber data pasien WES 2017-2018).
Saya coba ambil satu kasus untuk memastikan bahwa penyakit jantung aritmia memang sangat membahayakan dan harus segera dilakukan penanganan. Awal November 2017 datang ke WES setelah konsultasi dengan salah satu dokter ahli aritmia di RS. Jantung Harapan Kita, pasien tersebut atas nama Tn. J (saya sebut inisial saja) usia 41 tahun pekerjaan pilot sebuah perusahaan penerbangan di Indonesia dan tinggal di wilayah Tangerang Banten. Pasien tersebut rutin melakukan medical checkup setiap tahun yang dilakukan oleh perusahaan, pemeriksaan ini merupakan syarat wajib yang harus dilakukan oleh perusahaan kepada seorang pilot dalam memberikan surat ijin layak terbang (lisensi) bagi seluruh pilotnya. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap pilot dan kru pesawat dalam kondisi prima dan sehat saat melakukan penerbangan agar keselamatan semua kru dan penumpang dalam pesawat selamat mulai dari takeoff sampai pesawat landing. Dari hasil pemeriksaan medical check-up yang dilakukan perusahaan pasien tersebut ditemukan adanya gangguan irama jantung sehingga disarankan untuk konsultasi serta tindakan Epstudy dan ablasi di RS Jantung Harapan Kita berdasarkan surat permohonan konsultasi dan saran dari dokter perusahaan yang menangani saat medical check-up. Hasil ini sungguh mengejutkan pasien dan keluarga kenapa tidak bahwasanya kegiatan medical check-up tahun-tahun sebelumnya tidak pernah di temukan aritmia pada pasien. Bagi keluarga hasil ini juga sangat berdampak bagi keuangan keluarga, bagaimana tidak selama belum melakukan tindakan tersebut pasien tidak akan diberikan lisensi layak terbang dari perusahaan sehingga pekerjan sebagai pilot terhenti sementara sampai ada hasil dari tindakan yang menyatakan sudah tidak lagi ditemukan aritmia, tentunya ini berdampak bagi keuangan keluarga.
Dari contoh kasus diatas dapat kita bayangkan bagaimana jika aritmia pada pilot tadi tidak terditeksi saat medical check-up lalu saat terbang serangan aritmia tersebut muncul? Tentu berbahaya dan keselamatan penumpang akan menjadi taruhannya. Lalu bagaimana dengan keluarga jika aritmia tersebut tidak dilakukan penanganan tindakan segera?. Tentu lisensi layak terbang juga tidak akan diberikan cepat oleh perusahaan maka imbasnya adalah keuangan keluarga akan berpengaruh. Sungguh ternyata penyakit jantung aritmia sangat membahayakan diri sendiri, keluarga serta orang lain.
Pertanyaannya adalah apa sebenarnya penyakit gangguan irama jantung (aritmia)?. Saya akan coba menuliskan secara garis besar tentang penyakit aritmia jantung dan penanganannya berdasarkan literatur dan sumber yang saya dapatkan dari sudut pandang latar belakang saya bukan medis.
Aritmia adalah masalah pada laju atau irama detak jantung yang berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau dengan ritme yang tidak teratur. Penderita aritmia mungkin akan merasakan detak jantung yang terlalu cepat, yang disebut takikardia. Sementara detak jantung yang terlalu lambat disebut bradikardia (https://doktersehat.com/aritmia/). Penderita gangguan aritmia jantung dapat merasakan gejala yang timbul meliputi perasaan jantung berdetak kencang, rasa berdebar didada, pusing, pinsan tiba-tiba, sesak napas dan nyeri dada. Banyak pendapat dokter tentang penyebab aritmia yang secara garis besar tidak ada yang menyebutkan bahwa aritmia merupakan penyakit jantung bawah lahir akan tetapi merupakan salah satu penyakit yang bisa timbul yang disebabkan pola hidup yang tidak sehat dan teratur diantaranya adalah mengkonsumsi alkohol, kopi, obat-obatan suplement, merokok secara secara berlebihan, serta penyalahgunaan narkoba. Dari keterangan faktor penyebab aritmia tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit aritmia dapat menyerang siapa saja tanpa melihat faktor jenis kelamin, usia, serta latar belakang pendidikan dan status sosial jika kita tidak menjaga pola hidup sehat dan rajin berolahraga, ini kunci utamanya jika ingin terhindar dari penyakit jantung aritmia.
Lalu bagaimana pencegahaanya agar kita terhindar dari penyakit ganguan irama jantung(aritmia)?. Beberapa tips yang di anjurkan oleh dokter untuk menghindari penyakit irama jantung diantaranya adalah hindari terlalu banyak mengonsumsi Fast Food, Junk Food, makanan berlemak, atau gorengan. Lebih baik mulailah mengkonsumsi makanan yang sehat dengan gizi yang seimbang. Hindari stres yang berlebih, jaga berat badan ideal, batasi konsumsi alkohol, minuman yang mengandung Kafein seperti kopi, hindari rokok, jangan mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung zat stimulan tanpa pengawasan dan ijin dokter, hindari konsumsi narkoba dan obat-obatan terlarang lainya dan beraktifitas fisik olah raga secara teratur minimal 30 menit setiap hari, (https://www.idntimes.com/health/fitness/maria-liana/fakta-aritmia-gangguan-irama-jantung-bisa-sebabkan-kematian-mendadak-exp-c1c2/full). Penanganan kasus-kasus aritmia yang banyak dilakukan di RS. Jantung Harapan Kita terutama pada program layanan weekend service adalah tindakan ablasi kateter baik dengan metode Konvensional maupun metode 3 dimensi tergantung diagnosa terhadap pasien berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan seperti EKG, HOLTER, ECHO sebelum diputuskan untuk tindakan ablasi. Apa sebenarnya ablasi?. Berikut gambaran secara umum yang saya kumpulkan dari berbagai literatur dan pendapat para dokter ahli aritmia. Menurut arti kata, Ablasi artinya adalah menghancurkan. Jadi kesimpulan dari pengertian ablasi jantung adalah tindakan yang dilakukan untuk menghancurkan atau bahkan membakar satu dari beberapa area kecil yang terletak dijantung yang menyebabkan timbulnya masalah detak jantung atau lebih dikenal dengan aritimia.
Tindakan ablasi jantung menggunakan alat khusus yaitu dengan melalui bagian dalam tubuh manusia untuk mengetahui permasalahan dijantung. Pada tindakan ini dokter atau ahli medis mencoba mencari tahu apa saja yang menyebabkan irama di jantung tidak sesuai atau tidak normal. Daerah yang didiagnosis memiliki masalah ditandai dengan 3D mapping yang kemudian bisa dilakukan beberapa tindakan medis. Cara mendeteksi ablasi jantung adalah dengan meletakkan sinyal elektroda didalam jantung kemudian ditempelkan pada area yang bermasalah dan pada akhirnya masalah irama jantung bisa diatasi dengan baik.
Selain untuk mengatasi gangguan irama jantung, ablasi jantung juga bermanfaat untuk mengecilkan otot jantung yang mulai membesar dan menyumbat aliran pada pembuluh darah jantung, aorta. Tindakan ablasi jantung ini juga berguna untuk mencegah terjadinya jantung koroner akibat darah tidak bisa mengalir dengan normal dan lancar.
Untuk melakukan tindakan ablasi jantung dibutuhkan waktu hingga 2 sampai 3 jam. Teknologi ablasi 3D adalah suatu tindakan untuk mengatasi gangguan irama jantung dengan menggunakan pemetaan 3-dimensi (3D Mapping) dari struktur jantung. Teknologi ablasi 3-dimensi dapat memetakan secara sistematis konduksi listrik jantung sehingga dapat diketahui letak sumber aliran listrik abnormal dengan lebih tepat.
Keuntungan teknik 3D Mapping tak hanya dirasakan oleh pasien, tapi juga operator atau dokter yang menangani. Keuntungan untuk pasien, di antaranya pemetaan yang dihasilkan bisa lebih luas dan kemungkinan gagal (terjadinya robek, gangguan irama jantung, sistem konduksi listrik, dan sebagainya) lebih kecil dibandingkan teknik lain. Sementara untuk operator, teknik 3D Mapping mempermudah dan mempersingkat waktu penatalaksanaan prosedur sehingga otomatis mengurangi pemakaian Fluoro (X-ray).
Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa setiap penyakit yang Tuhan berikan kepada manusia pasti akan ada obatnya serta dokter ahlinya dibidangnya untuk membantu pengobatan dan penyembuhanya, penyakit aritmia bukan merupakan penyakit jantung bawaan sehingga siapa saja bila tidak menjaga kesehatan dan pola makan serta olah raga yang teratur akan memiliki peluang terhadap penyakit jantung aritmia. Mengkonsumsi apapun secara berlebihan akan memiliki dampak yang negatif dan bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. Marilah mulai dari sekerang hidup sehat dan teratur
MENCEGAH LEBIH BAIK DARI PADA MENGOBATI ”


Mastari SM
WEEKEND SERVICE
Poli Esekutif Dr. Sukaman

Untuk informasi lebih lanjut tentang biaya dan prosedur tindakan Weekend Service, hubungi 
021-5684085 ext 4201
Mobile 081908637903